tag:blogger.com,1999:blog-61559338034628704382024-03-13T14:07:25.612-07:00SENI KARYA SASTRAAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09491127160244355643noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-6155933803462870438.post-21413112686743254662012-11-27T06:06:00.000-08:002012-11-27T06:06:45.857-08:00<h2>
<span class="mw-headline" id="Sejarah_umum_seni_lukis">Sejarah umum seni lukis</span></h2>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Zaman_prasejarah">Zaman prasejarah</span></h3>
Secara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah" title="Sejarah">historis</a>, seni lukis sangat terkait dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gambar" title="Gambar">gambar</a>. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia" title="Manusia">manusia</a> telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gua" title="Gua">gua</a>
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan. Sebuah lukisan
atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang sederhana
seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Arang" title="Arang">arang</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kapur" title="Kapur">kapur</a>, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tangan" title="Tangan">tangan</a> di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Daun" title="Daun">dedaunan</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Batu" title="Batu">batu</a> mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Warna" title="Warna">berwana-warni</a>
di dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk
berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_patung" title="Seni patung">seni patung</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_keramik" title="Seni keramik">seni keramik</a>.<br />
Seperti gambar, lukisan kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dinding" title="Dinding">dinding</a>, <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lantai&action=edit&redlink=1" title="Lantai (halaman belum tersedia)">lantai</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kertas" title="Kertas">kertas</a>, atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kanvas" title="Kanvas">kanvas</a>. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut juga dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dwi-matra&action=edit&redlink=1" title="Dwi-matra (halaman belum tersedia)">dwi-matra</a> (dua dimensi, dimensi datar).<br />
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Binatang" title="Binatang">binatang</a>, dan objek-objek alam lain seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pohon" title="Pohon">pohon</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bukit" title="Bukit">bukit</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung" title="Gunung">gunung</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai" title="Sungai">sungai</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laut" title="Laut">laut</a>. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bentuk" title="Bentuk">Bentuk</a> dari objek yang digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Citra" title="Citra">citra</a> dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Banteng" title="Banteng">banteng</a> dibuat dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Proporsi" title="Proporsi">proporsi</a> tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tanduk" title="Tanduk">tanduk</a>
asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang
menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan dari seekor banteng.
Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi berbeda-beda
tergantung dari pemahaman <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya" title="Budaya">budaya</a> masyarakat di daerahnya.<br />
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak menghabiskan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Waktu" title="Waktu">waktu</a> untuk menggambar daripada mencari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Makanan" title="Makanan">makanan</a>.
Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan
susunan rupa tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih
menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam
cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu
sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seniman" title="Seniman">seniman</a>-seniman yang pertama di muka <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bumi" title="Bumi">bumi</a> dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni" title="Seni">seni</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Seni_lukis_zaman_klasik">Seni lukis zaman klasik</span></h3>
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:<br />
<ul>
<li>Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)</li>
<li>Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pompeii" title="Pompeii">Pompeii</a>),</li>
</ul>
Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin
bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya
ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa seni lukis mampu
berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Seni_lukis_zaman_pertengahan">Seni lukis zaman pertengahan</span></h3>
Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a> di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_pengetahuan" title="Ilmu pengetahuan">ilmu pengetahuan</a>. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sihir" title="Sihir">sihir</a> yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan" title="Tuhan">Tuhan</a>. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Realitas" title="Realitas">realitas</a>.<br />
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Simbol" title="Simbol">simbolisme</a>, bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan "bagus".<br />
Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Propaganda" title="Propaganda">propaganda</a>
dan religi. Beberapa agama yang melarang penggambaran hewan dan manusia
mendorong perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang "benar"
dari benda).<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Seni_lukis_zaman_Renaissance">Seni lukis zaman Renaissance</span></h3>
Berawal dari kota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Firenze" title="Firenze">Firenze</a>. Setelah kekalahan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Turki" title="Turki">Turki</a>, banyak sekali <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmuwan" title="Ilmuwan">ilmuwan</a> dan budayawan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Bizantium" title="Bizantium">Bizantium</a> menuju daerah semenanjung <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Italia" title="Italia">Italia</a> sekarang. Dukungan dari keluarga <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=DeMedici&action=edit&redlink=1" title="DeMedici (halaman belum tersedia)">deMedici</a> yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan modern dan seni membuat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sinergi&action=edit&redlink=1" title="Sinergi (halaman belum tersedia)">sinergi</a> keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap kebudayaan baru <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa" title="Eropa">Eropa</a>.
Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni zaman
klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat
baru untuk merebut kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada
akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze menyebar ke seluruh Eropa hingga
Eropa Timur.<br />
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:<br />
<ul>
<li><a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tomassi&action=edit&redlink=1" title="Tomassi (halaman belum tersedia)">Tomassi</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Donatello" title="Donatello">Donatello</a></li>
<li><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Leonardo_da_Vinci" title="Leonardo da Vinci">Leonardo da Vinci</a></li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Michaelangelo" title="Michaelangelo">Michaelangelo</a></li>
<li><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raphael" title="Raphael">Raphael</a></li>
</ul>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Art_nouveau">Art nouveau</span></h3>
<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri" title="Revolusi Industri">Revolusi Industri</a> di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Inggris" title="Inggris">Inggris</a>
telah menyebabkan mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat
dengan sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai
dampaknya, keahlian tangan seorang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seniman" title="Seniman">seniman</a> tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin" title="Mesin">mesin</a>.
Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak mungkin
dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, biaya pembuatannya akan
menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan kriya
diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi dari
keindahan garis-garis <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan" title="Tumbuhan">tumbuhan</a> di alam.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Sejarah_seni_lukis_di_Indonesia">Sejarah seni lukis di Indonesia</span></h2>
Seni lukis modern <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a> dimulai dengan masuknya penjajahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda" title="Belanda">Belanda</a> di Indonesia. Kecenderungan seni rupa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Eropa_Barat" title="Eropa Barat">Eropa Barat</a> pada zaman itu ke aliran <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Romantisme&action=edit&redlink=1" title="Romantisme (halaman belum tersedia)">romantisme</a> membuat banyak pelukis Indonesia ikut mengembangkan aliran ini.<br />
<a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raden_Saleh_Syarif_Bustaman&action=edit&redlink=1" title="Raden Saleh Syarif Bustaman (halaman belum tersedia)">Raden Saleh Syarif Bustaman</a> adalah salah seorang asisten yang cukup beruntung bisa mempelajari <i>melukis gaya Eropa</i>
yang dipraktekkan pelukis Belanda. Raden Saleh kemudian melanjutkan
belajar melukis ke Belanda, sehingga berhasil menjadi seorang pelukis
Indonesia yang disegani dan menjadi pelukis istana di beberapa negera
Eropa. Namun seni lukis Indonesia tidak melalui perkembangan yang sama
seperti zaman renaisans Eropa, sehingga perkembangannya pun tidak
melalui tahapan yang sama. Era revolusi di Indonesia membuat banyak
pelukis Indonesia beralih dari tema-tema romantisme menjadi cenderung ke
arah "kerakyatan". Objek yang berhubungan dengan keindahan alam
Indonesia dianggap sebagai tema yang mengkhianati bangsa, sebab dianggap
menjilat kepada kaum kapitalis yang menjadi musuh ideologi komunisme
yang populer pada masa itu. Selain itu, alat lukis seperti cat dan
kanvas yang semakin sulit didapat membuat lukisan Indonesia cenderung ke
bentuk-bentuk yang lebih sederhana, sehingga melahirkan abstraksi.<br />
Gerakan Manifesto Kebudayaan yang bertujuan untuk melawan pemaksaan
ideologi komunisme membuat pelukis pada masa 1950an lebih memilih
membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu,
sehingga era ekspresionisme dimulai. Lukisan tidak lagi dianggap sebagai
penyampai pesan dan alat propaganda. Perjalanan seni lukis Indonesia
sejak perintisan R. Saleh sampai awal abad XXI ini, terasa masih
terombang-ambing oleh berbagai benturan konsepsi.<br />
Kemapanan seni lukis Indonesia yang belum mencapai tataran
keberhasilan sudah diporak-porandakan oleh gagasan modernisme yang
membuahkan seni alternatif atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer" title="Seni kontemporer">seni kontemporer</a>,
dengan munculnya seni konsep (conceptual art): “Installation Art”, dan
“Performance Art”, yang pernah menjamur di pelosok kampus perguruan
tinggi seni sekitar 1993-1996. Kemudian muncul berbagai alternatif
semacam “kolaborasi” sebagai mode 1996/1997. Bersama itu pula seni lukis
konvensional dengan berbagai gaya menghiasi galeri-galeri, yang bukan
lagi sebagai bentuk apresiasi terhadap masyarakat, tetapi merupakan
bisnis alternatif investasi.<br />
<h2>
<span class="mw-headline" id="Aliran_seni_lukis">Aliran seni lukis</span></h2>
<h3>
<span class="mw-headline" id="Surrealisme">Surrealisme</span></h3>
Lukisan aliran surrealisme ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk
yang sering ditemui di dalam mimpi dan sebenarnya bentuk dari gudang
fikiran <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bawah_sadar&action=edit&redlink=1" title="Bawah sadar (halaman belum tersedia)">bawah sadar</a>
manusia. Pelukis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk
fikiran logis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk
menghasilkan sensasi tertentu, yang bisa dirasakan manusia tanpa harus
mengerti bentuk aslinya. Salah satu tokoh yang populer dalam aliran ini
adalah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Salvador_Dali" title="Salvador Dali">Salvador Dali</a><br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Kubisme">Kubisme</span></h3>
Adalah aliran yang cenderung melakukan usaha abstraksi terhadap objek
ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk mendapatkan sensasi tertentu.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pablo_Picasso" title="Pablo Picasso">Pablo Picasso</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Romantisme">Romantisme</span></h3>
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis modern Indonesia.
Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan romantis dan
keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang sering
diambil sebagai latar belakang lukisan.<br />
Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman penjajahan
Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan koleksi dan
galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini
adalah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh" title="Raden Saleh">Raden Saleh</a>.<br />
<h3>
<span class="mw-headline" id="Plural_painting">Plural painting</span></h3>
Adalah sebuah proses beraktivitas seni melalui semacam meditasi atau
pengembaraan intuisi untuk menangkap dan menterjemahkan gerak hidup dari
naluri kehidupan ke dalam bahasa visual. Bahasa visual yang digunakan
berpijak pada konsep PLURAL PAINTING. Artinya, untuk menampilkan
idiom-idiom agar relatif bisa mencapai ketepatan dengan apa yang telah
tertangkap oleh intuisi mempergunakan idiom-idiom yang bersifat:
multi-etnis, multi-teknik, atau multi-style..Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09491127160244355643noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6155933803462870438.post-66997692515409035942012-11-26T07:25:00.003-08:002012-11-26T07:25:22.328-08:00<h2>
<a href="http://humaniora.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=138:seni-sastra-dan-islam&catid=19:esai-sastra&Itemid=161">
Seni, Sastra dan Islam</a>
</h2>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;">
<span lang="IT" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Dalam
paradigma seni sastra dan Islam, konsep baku seni sastra dalam
perspektif Islam belum disepakati secara menyeluruh. Belum matangnya
paradigma sastra dalam perspektif Islam disebabkan karena adanya
perdebatan dan kontroversi yang tidak pernah tuntas tentang seni sastra
dalam perspektif Islam. Di satu sisi sebagian besar orang muslim
mengatakan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan, apalagi melarang
seni sastra. Bahkan </span><span lang="IT" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Menurut
Sayyed Hosen Nasr (1993: 99) Sastra menjadi kajian penting untuk
memahami hubungan antara seni dan spiritualitas Islam. Karena ajaran
Islam berdasarkan pada firman Tuhan yang diwahyukan sebagai kitab suci,
maka sastra menempati posisi yang utama dan istimewa di antara berbagai
bentuk seni yang ada di hampir seluruh masyarakat Islam.
</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="IT" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Mereka yang menerima seni dan sastra akan menunjukkan dengan penuh semangat<span> </span>berbagai dalil baik <em>aqliyah:</em> bahwa al-Quran sendiri mengandung nilai artistic yang sangat tinggi, <em>histories:</em> bahwa hingga kini <em>tilawah</em> al-Quran dan <em>khat</em> atau kaligrafi tersebar luas, maupun <em>naqliyah:</em>
semacam hadis yang mengatakan bahwa Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Akan tetapi di sisi lain sejarah menjadi saksi bahwa umat
Islam belum pernah memiliki lembaga sekecil apapun yang secara formal
dan sistematis guna melakukan kajian tentang seni secara utuh. Karena
itulah hingga sekarang kita belum memiliki konsep yang mapan dan
aplikabel dalam bidang ini, baik secara <em>filosofis</em> (estetika atau filsafat seni Islam, yang merumuskan batasan nilai keindahan sesuai ajaran Islam), <em>teoritis</em> (sejarah, struktur dan klasifikasi: apakah ada seni Islam ataukah hanya ada seni Muslim), <em>praktis</em> (kajian tentang teknik-teknik perbidang) maupun <em>apresiatif</em>
(kritik seni yang mengkaji perkembangan seni Islam dalam hubungannya
dengan perkembangan masyarakat Muslim). Akibatnya, sekarang seni di
dunia Islam seakan terkucil dari perkembangan masyarakatnya sendiri
maupun dari perkembangan seni dari masyarakat yang lebih luas, karena
tidak adanya instrument untuk dikomunikasikan. Sementara di Barat, <em>post art</em>
yang notabene baru tumbuh pada dekade 60-an sudah dapat berkembang
dengan estetika, teori maupun apresiasi yang sistematis, bahkan telah
melahirkan diversifikasi semacam <em>feminist art</em> tahun 70-an yang mencoba mengembangkan wacana seni perempuan, dan memasuki era 80-an <em>multiculturalist art</em> yang memperjuangkan seni kelompok pinggiran dan masyarakat tertindas (Al-Faruqi, 1999: vii).</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="IT" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span>Pada
masa sekarang, arti sastra sudah dapat ditempatkan pada posisi yang
proporsional. Di kalangan umat Islam sendiri sastra sudah<span> </span>dapat
diterima kembali dan menjadi konsumsi sehari-hari untuk kehidupan dan
keperluan dakwah. Keterlibatan ulama dalam dunia sastra bukan fenomena
baru. Jauh sebelum Indonesia merdeka gejala semacam itu sudah ada bahkan
sejak zaman Wali Songo. Pada era modern, Hamka adalah ulama pertama
yang menjadi pelopor keterlibatan ulama di dunia sastra. Karya sastranya
yang sangat terkenal diantaranya adalah: <em>Di Bawah Lindungan Ka’bah </em><span>dan</span><em> Tenggelamnya Kapal van der Wijck. </em><span>Ebo menyatakan (2003:121)</span> bahwa sampai tahun 1990-an sangat sedikit ulama yang muncul berdakwah lewat dunia seni dan sastra. </span><span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Selain
Muhammad Zuhri satu ulama yang mengisi kelangkaan itu adalah KH.
Mustofa Bisri yang meluncurkan karyanya lewat Penerbit Pustaka Firdaus
Jakarta Ontologi Puisi Ohoi 1994.</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span>Muhammad Qutub - seorang ulama Mesir adik dari tokoh sentral dan pendiri<span> </span><em>Ikhwan Muslimin</em> (Islamic Brotherhood) Sayyid Qutub- dalam bukunya <em>Manhaj al-Fan al-Islamy </em>mengatakan,
bahwa pendapat yang mengatakan agama itu mencari kebenaran, seni sastra
mencari keindahan. Agama sangat menjunjung akhlak dan al-Quran, sedang
seni membenci aturan termasuk aturan moral. Maka seni Islam haruslah
merupakan kumpulan nasihat dan kata hikmah. </span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Menurutnya
wilayah objek seni dan sastra Islam adalah semua wilayah kehidupan yang
diungkap dari jiwa yang penuh iman dan mengeksplorasi dengan penuh
keimanan. Dalam mengungkap segi-segi kehidupan tidak sempit, misalnya
dalam mengungkap hubungan antar jenis manusia, tidak berhenti hanya pada
masalah seksualitas. Masalah hubungan antar jenis dalam hal seksualitas
diungkap, tapi kemudian lebih dari itu dikembangkan lagi dalam
aspek-aspek lain tentang nafsu dan aspek-aspek kehidupan yang lebih
luas. Kemudian dalam masalah cinta tidak hanya cinta antar manusia
antara laki-laki dan perempuan, tapi lebih dari itu adalah menggapai
wilayah cinta yang lebih luas; cinta ketuhanan, cinta kemanusiaan, yang
diungkap secara luas dan mendalam tidak hanya kecintaan terhadap
seksualitas<strong> </strong>(Qutub, 1987: 127).</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Dalam buku <em>Warisan Sufi</em>
yang ditulis oleh Seyyed Hossein Nasr (2002: 41) mengemukakan bahwa
secara bertahap, meskipun agak terlambat, dunia Barat mulai menyadari
bahwa seni Islam bukanlah sebuah koleksi aneh <em>object de art</em>,
atau relik-relik pelik yang diciptakan oleh sebagian orang yang menyebut
diri mereka Muslim, melainkan bahwa ia pada dasarnya adalah buah
spiritual dari pewahyuan Islam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Dari
semua bentuk seni yang diciptakan dalam peradaban Islam yang besar,
seni Persia tentu saja paling berbeda dan luas, yang memiliki etos
khasnya sendiri, pandangan dunia dan makna simbolis khusus, seni yang
secara tak terelakkan berhubungan dengan sufisme, dan sesungguhnya
seluruh pandangan-dunia teoretislah yang memungkinkan seni ini
benar-benar dimunculkan dari ajaran-ajaran filosofis dan metafisik Sufi.
Pada tataran yang lebih eksternal, kemunculan dan adaptasi
bentuk-bentuk seni tertentu oleh kaum Sufi memungkinkan eksistensi seni
terus berlanjut, terutama berkaitan dengan seni musik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Islam
sendiri benar-benar menganggap aspek Ketuhanan sebagai keindahan, dan
gambaran ini dijadikan tumpuan istimewa dalam Tasawuf, yang secara alami
berasal dan mengandung inti (<em>haqaiq</em>) ajaran Islam. Maka
bukanlah suatu kebetulan apabila karya-karya yang ditulis para Sufi,
baik puisi maupun prosa, merupakan karya agung dalam kualitas dan
keindahan (Abdul Hadi, 2001: 10).</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span>Tradisi golongan sufi menjadi penggemar dan pencinta seni tampak di dalam amalan <em>sama’</em> (<em>audicy</em>) yang di dalam sejarahnya telah memeriahkan kehidupan masyarakat Islam. <em>Sama’</em> adalah sejenis konser musik keruhanian disertai zikir, tari-tarian, pembacaan dan penciptaan<span> </span>puisi.
Kegiatan ini telah dikenal oleh para sufi sejak abad ke-19 atau mungkin
satu abad sebelumnya. Pengalaman para sufi menyertai upacara sama’
membuat mereka insaf bahwa puisi memang merupakan media yang tepat bagi
pengungkapan pengalaman keagamaan dan keruhanian mereka yang mendalam,
kompleks dan subjektif. Oleh sebab itu tidak mengherankan apabila para
pengkaji seperti Smith melihat bahwa ajaran paling murni dan tipikal
tentang tasawuf kebanyakan ditulis dalam bentuk puisi</span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;"><span> </span>Abdul
Hadi (2001: 11) dalam disertasinya menegaskan bahwa tasawuf tidak hanya
merupakan gerakan keagamaan tetapi juga merupakan gerakan sastra.
Braginsky (1993) menyebut tasawuf sebagai gerakan sastra dengan istilah <em>tasawuf puitik</em>, sedang tasawuf yang ditulis dalam bentuk doktrin keruhanian disebut sebagai <em>tasawuf kitab</em>.<span> </span></span></div>
<div class="MsoBodyText2" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span lang="FI" style="font-family: "Palatino Linotype","serif"; font-size: 11pt; line-height: 150%;">Pertemuan
agama dengan seni sudah ada sejak zaman dahulu kala, bahkan sebelum
turunnya agama samawi, ritual keagamaan dan do’a-do’a diiringi dengan
tarian-tarian, irama, lagu dan musik untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah. Ritual ibadah itu sendiri merupakan salah satu bentuk seni
selain bacaan-bacaan yang didengungkan (Mahmud Salim, 1996:12).</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09491127160244355643noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6155933803462870438.post-30919914560498473652012-11-26T05:42:00.001-08:002012-11-26T05:42:12.141-08:00lukisan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEE8z0E39PI3o67b7BI2jbfYLJ2Pf3Ui_f2WDgpeIm8G-3fZQe_2vnVROi8p8qWRABoE9n4R7QLXR4vM43Yzkmv_N7gmBCD9H5x_5l6foKhh5GHLU1zcBGRcUlfBNZhpWJVvC6PESuaUVz/s1600/Hasil_Karya_Seni_Lukis_Yassir_2007.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEE8z0E39PI3o67b7BI2jbfYLJ2Pf3Ui_f2WDgpeIm8G-3fZQe_2vnVROi8p8qWRABoE9n4R7QLXR4vM43Yzkmv_N7gmBCD9H5x_5l6foKhh5GHLU1zcBGRcUlfBNZhpWJVvC6PESuaUVz/s1600/Hasil_Karya_Seni_Lukis_Yassir_2007.JPG" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEE8z0E39PI3o67b7BI2jbfYLJ2Pf3Ui_f2WDgpeIm8G-3fZQe_2vnVROi8p8qWRABoE9n4R7QLXR4vM43Yzkmv_N7gmBCD9H5x_5l6foKhh5GHLU1zcBGRcUlfBNZhpWJVvC6PESuaUVz/s320/Hasil_Karya_Seni_Lukis_Yassir_2007.JPG" width="240" /></a>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09491127160244355643noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6155933803462870438.post-61628903514135199232012-11-26T05:21:00.002-08:002012-11-26T05:21:48.308-08:00sastra<br />
1) Karya <i>seni dua dimensi, </i>adalah karya seni yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. yang termasuk karya seni dua dimensi antara lain sebagai berikut :<br />
<ul>
<li> <div align="justify">
<b>Lukisan, </b>adalah
gambar yang lebih menekankan ugkapan nilai-nilai subjektivitas, maka
dalam seni lukis kita kenal adanya gaya corak lukisan. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Sketsa, </b>adalah bagian seni yang dibuat dengan garis-garis yang sederhana dan dilakukan secara spontan namun penuh makna. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Poster, </b>adalah
gabar reklame yang berisi ajakan, anjuran, larangan, peringatan, DLL.
dan bersifat sosial. umumnya poster hampir bisa kita lihat disetiap
seluk beluk jalan ataupun rumah-rumah. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Karikatur, </b>adalah
gambar yang dibuat dengan coretan-coretan yang menitikberatkan karakter
objeknya. gambarnya bersifat sindiran, ejekan, dan kritikan yang dibuat
lucu. umumnya peristiwa yang digambarkan adalah kejadian yang dilakukan
oleh orang-orang ternama atau tokoh dunia. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Kolase, </b>adalah jenis lukisan yang tekniknya menempelkan bahan tertentu keatas permukaan media lukis. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6155933803462870438" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6155933803462870438" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6155933803462870438" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><b>Kaligrafi, </b>adalah
tulisan indah dan biasanya dalam visualisasinya menggunakan tulisan dan
huruf Arab. kaligrafi banyak ditemukan ditempat-tempat keagamaan orang
islam, seperti masjid. </div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Grafis, </b>adalah
gambar yang dibuat dengan jalan menggoreskan benda tajam diatas
lempengan logam, karet, dan kayu. secara sederhana dan dapat dikatakan
bahwa seni grafis merupakan ungkapan untuk seni Dwimatra dengan
memperbanyak karya seni cetak, umumnya berjumlah banyak, atau lebih dari
satu. sedangkan lukisannya bersifat tunggal.</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
<div align="justify">
</div>
</li>
</ul>
<div align="justify">
2) Karya <i>seni rupa tiga dimensi,</i>
adalah karya seni yang dapat dilihat dari segala arah dan mempunyai
ukuran panjang, lebar, tinggi. berikut ini yang merupakan karya rupa
tiga dimensi :</div>
<ul>
<li> <div align="justify">
<b>Patung, </b>adalah
karya seni rupa tiga dimensi yang pembuatannya dengan cara membentuk,
menambah atau mengurangi bahan. berbagai mecam jenis dapat dipakai dalam
membuat patung, seperti memahat, menatah, mengecor, atau mencetak.</div>
</li>
<li> <div align="justify">
<b>Relief, </b>adalah
patung yang ketampakannya pada bidang datar. contoh banyak sekali kita
temukan pada candi-candi kuno yang masih ada sekarang.</div>
</li>
</ul>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09491127160244355643noreply@blogger.com0